Rotifera
berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘rota’ = roda dan ‘ferre’ = membawa,
yang berarti ‘wheel bearer’ atau
membawa roda. Arti dari kata ‘membawa roda’ ini berhubungan dengan bentuk
morfologi/ ciri khas yang dipunyai oleh tubuh Rotifera tersebut. Yaitu Rotifera
mempunyai silia/ bulu – bulu getar yang berputar seperti roda, berlokasi di
sekitar mulutnya dan berfungsi sebagai alat pergerakan tubuh mereka. Tubuh
Rotifera di bagian luar bersegmen, berbentuk teleskopis, lentur, sehingga dapat
memanjang, dan dilindungi oleh kutikula. Kutikula yang melapisi tubuhnya ini
lah yang menandakan Rotifera berkerabat dekat dengan cacing gelang dan
artropoda.
Rotifera
merupakan hewan air yang mikroskopis (sekitar 200-500 mikrometer), multiselular
walaupun mempunyai otak yang masih tergolong primitif. Hingga sekarang sekitar
2000 spesies dari Phylum Rotifera telah ditemukan.
Ciri
khusus yang terdapat pada Phylum Rotifera adalah mereka mempunyai sistem organ
khusus dan telah mempunyai sistem pencernaan yang lengkap, diawali dengan mulut
dan diakhiri dengan anus. Rotifera juga mempunyai ciri khusus yaitu mempunyai
struktur cilia/ bulu getar yang terdapat pada corona/ kepalanya.
Struktur
tubuh rotifer dilindungi oleh lapisan mesoderm. Dilihat dari kenampakannya,
tubuh Rotifera dibagi menjadi empat bagian dasar: kepala, leher, tubuh dan
kaki.
Pada
bagian kepala, terdapat corona (mahkota) yang tersusun atas silia-silia,
berfungsi untuk mendorong makanan dari luar, untuk masuk kedalam mulutnya.
Selanjutnya, makanan akan masuk ke dalam trophi (rahang). Trophi ini merupakan
salah satu ciri khas yang ada pada Phylum Rotifera. Trophi ini berlokasi di
belakang mastax (modifikasi pharynx). Selanjutnya makanan akan menuju perutnya
(berisi saluran pencernaan dan alat reproduksi), untuk dicerna secara kimiawi.
Pada beberapa spesies ditemukan kelenjar yang mensekresikan kelenjar
pencernan. Setelah sari-sari makanan
diserap oleh usus pendek, dan sisa sari-sari makanan itu dikeluarkan melalui
saluran yang bermuara ke anus.
Bagian
akhir dari Rotifera adalah kaki. Kaki pada Rotifera mengandung cairan semen
yang berfungsi sebagai alat bantu Rotifera untuk menempel pada objek
disekitarnya dan sebagai alat bantu untuk menyaring makanan. Sistem eksreksi
pada Rotifera berupa protonephrida yang bermuara pada anus yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air yang berada didalam tubuhnya.
Sistem
saraf pada Rotifera masih sangat sederhana, mengingat struktur otak Rotifera
terbilang primitif, terutama pada Rotifera betina.
Sistem
reproduksi Rotifera cukup unik dibandingkan dengan Phylum yang lain. Beberapa
spesies Rotifera berkembangbiak dengan cara aseksual yaitu dengan
partenogenesis. Partenogesis adalah cara perkembangbiakan dengan menghasilkan
individ u baru dengan tidak membuahi telurnya. Pada jenis rotifer yang lain,
dapat melaksanakan sistem reproduksi aseksual (dengan parthenogenesis) dan
secara aseksual ( Rotifera jantan menghasilkan sperma untuk membuahi sel telur
Rotifera betina).
Rotifera
dapat ditemukan hidup di air tawar, bahkan ada yang yang hidup di laut. Mereka
menyukai hidup di tempat yang lembab, misalnya di tanah yang lembab, atau
bersimbiosis dengan lumut atau dengan bryophyta, dapat ditemukan di lingkungan
air tawar seperti danau dan sungai. Walaupun Rotifera menyukai lingkungan
lembab, ada suatu Class dari Phylum Rotifera yang dapat bertahan hidup dengan
waktu yang cukup lama pada daerah yang kering. Rotifera dapat hidup secara
berkoloni atau sesil, hidup bebas ataupun menempel/ bersimbiosis dengan makhluk
hidup lainnya. Makanan Rotifera adalah bahan-bahan organik, bakteri, alga,
protozoa, bahwan dapat memakan spesies Rotifera yang lain yang berukuran lebih
kecil. Misalnya pada jenis Rotifera Dicranophorus
robustus memakan genus Lecane.
Rotifera
mempunyai peranan penting dalam mekanisme rantai makanan pada air tawar, selain
Rotifera memakan bahan-bahan organik, bakteri, dan ganggang, Rotifera dimakan
oleh hewan yang lebih besar seperti cacing, larva ikan, atau udang.
Berdarkan
fase reproduksinya, Phylum Rotifera dibagi menjadi tiga kelas:
a. Kelas
Bdelloidea
Mempunyai
jumlah spesies kurang lebih 350 spesies. Tubuhnya tidak dilindungi oleh
kutikula
Kelas Bdelloidea biasanya
hidup bersimbiosis dengan lumut. Ketika mengalami keadaan lingkungan yang tidak
dapat diprediksi, mereka dapat hidup dalam keadaan kekeringan sekalipun. Mereka
akan mengalami peristiwa yang dinamakan anhydrobiosis. Anhydrobiosis merupakan
keadaan dormansi yang disebabkan oleh kurangnya air pada habitat yang mereka
tinggali. Mereka akan m engubah bentuk tubuhnya yang dinamakan tun. Dengan
mengecilnya jaringan dan sel yang ada didalam tubuhnya, kepala dan ekor mereka
akan masuk kedalam tubuhnya untuk mengurangi keluarnya air.
Semua anggotanya
parthenogenetic, mereka hanya mempunyai satu betina yang bereproduksi secara
aseksual, untuk menghasilkan lebih banyak keturunan betina. Telurnya tidak
dapat dibuahi oleh sel sperma, ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi
betina. Setiap induk biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja.
Menggunakan cilia yang
tedapat pada corona untuk pergerakan dan mengarahkan makanan ke dalam mulutnya.
Contoh : Philodina
roseola, Rotifer neptunis
b. Kelas
Monogonata
Mempuyai
spesies yang paling banyak, sekitar 1500 spesies. Mereka hidup sebagai parasit
pada bryophyte (alga hijau) .
Mempunyai reproduksi seksual
dan aseksual, ukuran jantan lebih kecil dibandingan dengan betina. Betina
memproduksi telur yang tidak dapat dibuahi yang nanti akan menjadi betina
(reproduksi aseksual). Pada reproduksi seksual terjadi k etika pada lingkungan
yang tidak menguntungkan (terlalu kering atau terlalu basah). Ketika betina
memproduksi telurnya pada fase seksual, apabila telurnya dapat dibuahi, maka
akan menjadi betina dan sebaliknya apabila tidak dapat dbuahi, telur tersebut
akan menjadi jantan.
Contoh : Notommata copeus, Notommata werneckii, Branchionus
sp., Keratella quadrata.
c. Kelas
Seisonidea
Merupakan kelas yang
mempunyai spesies primitif. Habitatnya di laut atau hidup pada ingsang
Crustaceans.
Semua anggotanya
parthenogenetic, , mereka hanya mempunyai satu betina yang bereproduksi secara
aseksual, untuk menghasilkan lebih banyak keturunan betina. Telurnya tidak
dapat dibuahi oleh sel sperma, ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi
betina. Setiap induk biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja.
Contoh: Hydratina senta
min, dapusnya mana?
BalasHapusada literatur tentang philodina?
BalasHapusKurang lengkap dan literatur dan dapusnya minn. Biar makin greget gituu
BalasHapus